RATUSAN
pengusaha laundry di Banda Aceh membentuk wadah organisasi yang dinamai Asosiasi Pengusaha
Laundry Aceh (APLA). Asosiasi ini dideklarasikan di Gedung Sultan II Selim,
Banda Aceh, 19 September 2015.
Ketua terpilih APLA,
Ubaidillah, mengatakan saat ini di Banda Aceh saja telah berdiri tidak kurang
dari 400 laundry. “Usaha laundry ini berkembang pesat. Sebab, pada tahun 2010
saja, baru berdiri belasan laundry di Banda Aceh,” kata Ubaidillah.
Menjamurnya usaha laundry pada
satu sisi bermanfaat positif dengan membuka lapangan kerja baru. Namun di sisi
lain muncul tantangan baru
dari sisi persaingan usaha. Misalnya saja, menjamurnya
usaha laundry dikhawatirkan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.
“Karena itu, Asosiasi Usaha
Laundry Aceh lahir untuk meningkatkan standar pelayanan usaha laundry yang
berdampak positif bagi pelaku usaha dan masyarakat pengguna jasa laundry,”
tambah Ubaidillah.
Itu sebabnya, Ubaidillah mengajak
sesama pengusaha laundry untuk menciptakan harmonisasi dan menghindari
persaingan tidak sehat.
Sekretaris Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) Aceh, Drs. Azhari, menyambut positif kehadiran
Asosiasi Pengusaha Laundry Aceh.
Azhari juga memberi masukan
agar asosiasi ini memberi pelatihan standar jasa pelayanan laundry bagi
anggotanya.
“Pengalaman saya pribadi, ada
laundry yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pakaian pelanggan. Ini tentu
perlu dibenahi agar lebih baik ke depannya,” kata Azhari.
Azhari menambahkan, sejak
menjamurnya usaha laundry di Banda Aceh, ia tak pernah lagi khawatir jika
sewaktu-waktu pembantu di rumahnya pulang kampung. “Tinggal saya bawa ke
laundry saja,” kata Azhari yang disambut gelak tawa hadirin.
Azhari juga menyatakan
komitmen lembaganya untuk membantu usaha kecil dan menengah untuk tetap tumbuh
dan menyumbang bagi pertumbuhan ekonomi Aceh.
Komentar
Posting Komentar