SUDAH lama saya bingung soal LGBT. Kaum agamawan dan moralis --sekarang termasuk pejabat negara dan politisi-- menyebut mereka penyakit masyarakat dan mengingkari kodrat, karena itu layak dimusuhi, kalau bisa dibasmi. Bahkan, ada politisi yang menyebut mereka mengancam integrasi bangsa.
Saya bertambah bingung ketika beberapa kali berinteraksi dengan mereka. Suatu ketika saya membuat liputan tentang fenomena waria di Banda Aceh. Sebagian besar yg saya wawancara mengaku sejak kecil tidak pernah bisa tertarik kepada lawan jenis. Bahkan, salah satu dari mereka mengaku tidak pernah mengalami ereksi meskipun bersentuhan selengket-lengketnya dengan lawan jenis.
Ada juga seorang waria yang hampir bunuh diri ketika remaja. Orang tuanya tak bisa menerima anak laki-lakinya yang kemayu dan tak pernah bisa tertarik dengan wanita. Darahnya hanya bisa berdesir ketika meliihat pria gagah. Ia pun bingung sendiri, mengapa tidak bisa menyukai wanita seperti teman-temannya. Suatu ketika, ia pernah berusaha mencintai wanita. Tapi gagal. Walhasil, ia pergi merantau, meninggalkan kampung halaman yg dicintainya dengan segenap jiwanya.
Tapi saya juga mengenal dua waria yang berusaha "menjadi normal" dengan menikahi perempuan dan akhirnya punya anak. Tapi tetap saja mereka tak bisa menghilangkan gaya kemayunya. "Sudah bawaan orok begini, bang," kata salah satunya.
Sebagai ayah, mereka pun tak ingin anak laki-lakinya kelak terlahir kemayu seperti mereka.
Di lain waktu, saya juga berkenalan dengan tiga pasang lesbian. Pertanyaan yg sama saya ajukan: mengapa kalian bisa tertarik dengan sesama jenis? Ada yang menjawab karena selalu dikhianati saat membina hubungan dengan pria, tetapi ada pula yang menjawab karena tidak pernah bisa memulai hubungan dengan pria.
Rasa bingung dan penasaran itu membawa saya menelusuri sejumlah artikel tentang penyuka sesama jenis. Ada yang menyebutkan itu perkara kromosom yang tak sempurna. Umumnya, pria normal punya kromosom XY, sedangkan wanita membawa kromosom XX. Sedangkan yg punya kelainan disebutkan kelebihan kromosom X, bisa XXY atau XXXY.
Saya tidak tahu apakah kelainan kromosom itu bisa disebut sebagai "cacat kromosom" seperti halnya cacat fisik yg terjadi akibat pembelahan sel yang tidak sempurna ketika berada di dalam rahim. Yang pasti, kromosom ini memegang peranan penting dalam pembentukan hormon yang kelak membentuk sifat laki-laki atau perempuan, atau percampuran antara keduanya.
Ada pula yg bilang itu perkara jiwa yang salah masuk. Maksudnya, jiwa perempuan yg masuk ke tubuh laki-laki sehingga jadilah waria. Sebaliknya, ada jiwa laki-laki yg masuk ke tubuh perempuan lalu mewujud menjadi lesbian.
Lalu ketika hari-hari ini mereka dihujat ramai-ramai, saya hanya bisa bersyukur terlahir sebagai pria normal yang menyukai perempuan. Saya juga bersyukur ada orang-orang dengan kelainan kromosom itu menemukan sesuatu yang penting bagi peradaban manusia. Sebut saja semacam Alan Turing yang memecahkan kode-kode rahasia saat Perang Dunia II yang kelak menjadi cikal bakal lahirnya komputer yang saya pakai untuk mengetik status ini. Alan sendiri di kemudian hari mati bunuh karena depresi.
Semoga saja Sang Pencipta tak memberikan keturunan dengan kelainan kromosom bagi para penghujat. (yuswardi a. suud, jurnalis Aceh)
Komentar
Posting Komentar