Konser Bergek Dilarang, Kautsar Partai Aceh: Kita Sedang Bangun 'Suriah Kecil' di Aceh

 Bergek menyapa penonton dalam sebuah konser di Pidie.| Foto: Serambinews.com.




Anggota DPR Aceh yang juga Ketua Fraksi Partai Aceh, Kautsar Muhammad Yus, menyatakan kegalauannya atas kondisi Aceh terkini, terutama soal pelarangan pementasan seni seperti yang menimpa penyanyi yang sedang naik daun,, Ady Bergek. Seperti diketahui, setelah dilarang manggung di Aceh Barat pada 3 April lalu, kini giliran Walikota Lhokseumawe yang melarang konser yang rencananya akan digelar pada 10 April 2016 di Punteut, Lhokseumawe.

Seperti diketahui kedua kepala daerah itu sama-sama punya hubungan dengan Partai Aceh. Bupati Aceh Barat,alias Haji Tito didukung oleh Partai Aceh dalam Pilkada 2012. Sementara Walikota Lhokseumawe Suaidi Yahya adalah kader Partai Aceh. 

Kautsar Muhammad Yus khawatir keputusan yang diambil oleh dua koleganya itu dapat berdampak buruk terhadap hubungan Aceh dengan dunia internasional. Berikut adalah tulisan selengkapnya yang diunggah di akun Facebook miliknya.

***





Dua hari yang lalu saya baca The Jakarta Post dalam penerbangan pulang dari Jakarta ke Banda Aceh. Menurut Wali Nanggroe, koran ini bacaan para duta besar negeri sahabat -termasuk duta besar yang tak terlalu mengerti bahasa Inggris-, pelaku bisnis internasional dan nasional. Koran tersebut dibaca orang2 terpandang untuk menterjemahkan Indonesia.

Sesampai di darat, saya klik google, mencari berita dimaksud. Banyak media besar internasional memberitakan hal tersebut.

Saya meletakkan perasaan saya pada pembaca internasional. Saya merasa perasaan mereka persis seperti saya ketika membaca berita ekstrim di Pakistan, Afghanistan dan Afrika. Tentu kesan tak menarik terhadap negeri-negeri itu membekas di kepala. Tidak hanya sampai disitu, kita akan menilai masyarakat di negeri-negeri itu keras dan tak bersahabat. Meski sebenarnya berita tersebut tak sepenuhnya mewakili perasaan penduduknya. Sayapun akan berpikir lima kali untuk berkunjung ke negeri-negeri demikian meski dengan tiket dan akomodasi gratis.

Kini saya melihat berita "ngeri" itu hadir di Aceh. Hanya lantaran tafsir kita tentang agama. Tafsir yang tak boleh dibantah oleh siapapun, karena yang membantahnya akan dicap kafir, sekuler, liberalis dan bentuk stigma lainnya.

Saya ikut bersedih ketika anak muda seperti Bergek yang penuh kreatifitas dilarang manggung dimana-mana di Aceh, hanya lantaran ilustrasi mesum yang kadung terpatri di pikiran orang-orang dewasa Aceh.

Kita sedang membangun "Suriah Kecil" di Aceh.

Saya tahu, berkata seperti ini tidak populer. Dan bagi politisi seperti saya akan punya dampak sendiri. Pikiran ini tidak mewakili pikiran Fraksi Partai Aceh meski saya menjadi Ketua disana. Status ini mewakili kebenaran yang saya yakini, bahwa saya seperti mampu melihat kedepan apabila kebijakan ini terus menerus kita praktekkan di Aceh kita seperti sedang membangun tembok-tembok besar, kita seperti sedang mengasingkan diri dari komunitas yang dulu pernah kita perjuangkan supaya menjadi sahabat-sahabat untuk Aceh.

Mari kita merenung sejenak, tidak menjadikan agama sebagai alasan utama yang menutupi alasan setan lain tentang kenapa kita harus berkuasa, tentang kenapa kita harus menang dalam setiap Pemilu dan Pilkada. Jangan sampai tujuan-tujuan kecil selalu akan mengorbankan tujuan-tujuan besar.

Terima Kasih, Jangan lupa makan makanan sehat.[]

Komentar

  1. Tolong yach bergek tu gag penting,, yg kita fikir adalah gmn agama kita kedepannya,,bukan koser bergek yg harus kita utarakan untuk masa depan anak" kita nantinya..

    BalasHapus
  2. Kalau mmg konser dilarang, maka semua konser harus dilarang, jangañ pilih kasih..harus ada rule yg jelas

    BalasHapus
  3. Lage ureung meuhajat bak teungoh laot,,,
    Lain dulu lain sekarang, sungguh disayangkan bila kader PA tidak menjujung komitmen yang dulu. Wate lam rimba saba2 tapeugot nangro wate kuasa ka lam jaroe tuwo keunasib bangsa."mate aneuk mupat jrat, gadoh adat hanapat tamita,

    BalasHapus
  4. Jangan syiria kecil... Syiria besar pun akan kami jadikan di bumi atjeh... Jangan sepele kan bumi syria... Karena dibumi itulah lahirnya para ambiya... Syuhada.. Dan para ulama... Dan ingatlah BAHWA PEPERANGAN AKHIR ZAMAN.. AKAN DIMULAI DI BUMI SYAM... ALLAHUAKBAR...

    BalasHapus
  5. sebenarnya bukan Walikota yang tidak memberi izin, tapi para sesepuh (ureung Tuha) masyarakat setempat yang melarang, jadi kalau mau posting, jangan memfitnah, cros cek dulu betul tidak dengan hal tersebut.

    BalasHapus

Posting Komentar